Kamis, 20 Februari 2020

Masa-Masa SD ku…


Sudah sejak beberapa hari kemarin ada beberapa hal yang mengusik pikiran dan benak saya dan ingin saya tulis di Blog ini. Seperti tentang “Perjalanan Karir”, “Entrepreneurship adalah Mindset”, “Blogging adalah sharing”, dll.
Namun sepertinya beberapa topik tersebut akan saya tulis di lain waktu mengingat kali ini saya harus menulis tentang Cerita Masa SD ini, karena Nugroho telah memberikan PR nya sejak tanggal 18 November kemarin.
Saat musim hujan, tidak jarang jalan yang kerap kami lalui itu becek atau bahkan tergenang oleh air, sehingga kami harus mencari jalan memutar untuk menghindari genangan. Namun saat musim hujan itu pula saya dan teman-teman memiliki kesempatan untuk mencari ikan-ikan kecil di selokan sekitar sekolah. Dengan asyiknya kami sering melakukan hal tersebut saat istirahat atau sepulang sekolah (padahal kalau sekarang lihat selokan itu rasanya jijik/jorok banget hehe… )
Guru olahraga pertama saya (di kelas I dan II) adalah Pak Warno, orangnya unik banget. Tiap olahraga kami selalu diajak keliling kampung. Ya… olahraga nya cuma jalan-jalan keliling kampung gitu aja, setelah puas jalan-jalan trus kembali ke sekolah.
Namun sejak kelas III guru olahraga kami digantikan oleh Pak Jamal, orang yang terkenal keras dan tegas. Dari beliau kami bisa ‘benar-benar olahraga’. Pemanasan mengelilingi lapangan sepakbola hingga 7 kali, lari sprint balapan dengan 3 orang,  sepak bola, tolak peluru, lompat jauh, berenang, dll. Semua kami lakukan dengan serius karena ketegasan Pak Jamal (mungkin pada takut disuruh push up, hehe…). Kadang jengkel juga sih kalau dibentak-bentak, tapi semenjak SMP hingga sekarang, belum ada orang yang bisa melatih fisik saya seperti beliau.
Guru lain yang paling berkesan bagi saya adalah Bu Siti, beliau guru teladan yang selalu membimbing, memotivasi, dan mendoakan kami hingga kami semua lulus. Selain itu, tidak lupa juga pada Pak Mas’ud, Bu Wahyu, Bu Lies, Bu Marni, Pak Agus, Pak Hudi, dll.
Berteman dengan beberapa anak jahil yang tidak naik kelas memang sempat memberi sedikit masalah pada saya. Namun saya menyayangkan beberapa teman saya tersebut yang sekarang putus sekolah hanya sampai SMP (bahkan ada yang tidak melanjutkan ke SMP/SLTP). Semoga mulai sekarang tidak ada lagi teman-teman yang putus sekolah seperti itu, karena pendidikan sangat penting untuk membentuk watak dan pribadi kita.
Kalau ditulis semua tentunya masih sangat panjang cerita tentang masa SD saya ini, dan saya khawatir teman-teman justru akan capek membacanya Namun jika teman-teman menginginkan saya untuk menulisnya disini, Insya Alloh akan saya tulis dipostingan berikutnya.








Kisah Masa Kecilku


Aku rindu masa-masa kecil dulu. Masa-masa yang telah lama aku tinggalkan. Masa kecil yang penuh kenangan, menyenangkan, karena yang menyakitkan tak pernah mau ku kenang, atau memang sebenarnya tak ada yang menyakitkan. 
Ah... bagi ku sekarang, semua kisah masa kecil dulu menyenangkan. Setelah menonton TV kegiatanku biasanya bermain, sendiri atau bersama teman. Jika sendirian, aku bermain bongkar pasang. 
Kadang membuat rumah-rumahan dari tanah atau batu atau bantal-guling. Kadang bermain masak-masakan dari pelepah pisang dan membuat kue dari campuran tanah dan air, kemudian dipanggang alias dijemur di bawah terik matahari hingga kering. Berbagai bentuk dan macam kue berhasil kuciptakan, hanya bermodal air dan tanah, kreatif bukan?! Ah... andai laku dijual, sudah jadi juragan kue aku sekarang.
Hampir tiap hari, aku bermain dengan teman-teman kampungku. Mereka ada banyak sekali. Kadang mereka membuatku tertawa, kadang menangis. Tapi semuanya bagiku indah, semua yang aku lakukan bersama teman-teman kampungku.
Kami punya tempat-tempat favorit untuk bermain. Kami biasa bermain petak umpet, gobak sodor, kasti, beteng, atau patung-patungan di tanah lapang yang terhampar di depan rumah teman-teman kampungku. 
Semuanya seru, apalagi kalau sudah main kasti, Bapak-bapak dan Ibu-ibu penonton menyoraki dan kadang tertawa terbahak-bahak melihat aksi kami. Sejatinya, permainan kasti adalah memukul bola yang dilempar lawan sejauh-jauhnya, tapi yang kami lakukan adalah melempar pemukul sejauh-jauhnya. 
Begitulah, permainan itu tak pernah serius, tapi cukup untuk memuaskan hati kami. Setidaknya kami pernah mencoba permainan Jepang itu, meski acak-kadut kami tak peduli, yang penting semuanya Happy.